Malam terasa sepi, angin bertiup masuk kerelung-relung kulit ini melewati pori-pori dan akhirnya sampai pada ulu hati, kulihat sekitar tak ada seorang pun yang lewat atau sekedar berhenti duduk untuk melepas penat setelah seharian bergumul dengan aktivitas keduniawiannya. Bulan tampak sedang merenung, karna dia tak kunjung mendapatkan pasangan, temanya hanyalah kumpulan para bintang yang silih berganti mendapinginya, datang dan pergi mengantikan posisi di hatinya. Sama sepertiku yang tak kunjung mendapatkan kekasih, semua silih berganti, datang pergi, tak ada satupun yang menetap dan menyatakan akan mengisi kesendirian hatiku untuk selamanya, berdiam dalam benakku dan selalu berputar di keningku.
Tanpa kusadari aku sudah cukup lama duduk dan melamun sendirian, waktu sudah melewati tengah malam, dan suasana semakin mencekam, seketika seperti kuburan para dewa, padahaldi tengah keramaian. Akhirnya aku beranjak dari tempat duduk, dan sadar bahwa segala khayalan untuk mendapatkan seorang kekasih takkan pernah menjadi nyata, aku bangun dari lamunan dan segera bergegas untuk pulang, jalananpun terasa begitu asing, gelap mengalahkan semuanya, warna-warni di pagi hari tertutup oleh kelamnya malam yang amat hening.
Semua lamuanan meningsing pergi begitu saja tanpa meninggalkan jejak. namun dibalik semua itu aku ingin hidup dalam lamunan dan khayalan untuk selamanya, karena dalam dunia khayalan aku bisa bebas menjadi apa saja yang kuinginkan, bergerak semaunya tanpa ada batasan norma apapun yang membelenggu dan mengikat. Laksana burung yang terbang jauh tanpa batas, menembus batas cakrawala, menari-nari di birunya langit, tanpa berpikir kapan saya harus turun dan merayap ditanah.
Aku tidak ingin hidup dalam semua kebohohongan ini, semua realitas yang remuk ini seakan mengepung diriku. Aku seperti burung dalam sangkar, terbang tak pernah sampai kemanapun, sesaampainya aku di rumah aku bertanya ke diriku sendiri. “ sudahkah kau temukan apa yang kau cari?” Aku jawab saja “ semua sudah ketemukan, dan itu yang paling kucari selama ini”
Aku kembali melamun dan ingat perkataan salah satu temanku di kampus namanya Hendra, dia bilang aku harus secepatnya punya kekasih agar tidak selamanya hidup di dunia imajinasi “kamu memang seharusnya sudah punya pacar agar hidup kamu tidak hanya di dunia ide” aku tertawa mendengar ucapanya, bukankah plato menyatakan bahwa dunia yang paling kekal itu adalah dunia ide.
Dia bilang itu hanya sebatas teori yang tak bisa di buktikan karna pernyataan plato itu bersifat spekulatif atau untung-untungan belaka. Filsafat memang spekulatif, tapi apasalahnya mempraktekan apa yang pernah kita pelajari. Seketika lamunanan ku berhenti.
Aku kembali menghanyal melamun, dan memikirkan semua yang tak mungkin aku dapat dalam dunia ini, keliahatanya apa yang di katakana Hendra tempo hari ada benarnya juga bahwa aku harus mempunyai seorang kekasih agar tak selamanya hidup dalam pikiranku sendiri, mungkin ada benarnya juga, kalau aku memang harus mempunyai pasangan agar otakku seimbang, jadi tidak tau, kapan waktunya menghayal mengikuti imajinasi dan waktunya hidup dalam kenyataan yang sesungguhnya.
Otak ini tak kuasa menahan alam bawah sadar yang terus saja berusaha keluar, lamunan kembali menyeruak di keningku, dan kali ini sesuatu yang sangat tidak kuinginkan datang.
Aku membayangkan diriku sendiri juga sebagai fiksi, jangan-jangan aku ini juga bentuk khayalan orang, sama seperti novel karangan Joestin Gaarder yang berjudul Dunia Shopie yang menceritakan tokoh fiksi di dalam fiksi yang berusaha melawan terhadap pengarang pertamanya, “ah mungkin saja sepeti itu” gumamku dalam keheningan, “lalu siapa manusia yang sebenarnya?’’ adakah pengarang dari semua ini, mungkin saja bukan hanya aku melainkan semua yang ada dalam realitas ini adalah karangan fiktif belaka, “jika hal itu benar adanya, lantas siapa yang menjadi dalang dari semua ini?” semua pertanyaan itu muncul begitu saja.
dan aku sadar bahwa aku belum tidur sedetikpun, semalaman ini aku hanya melamun dan menghanyal tanpa arah. Tapi ada sesuatu yang masih membuat aku penasaran dari semua pertanyaan yang ku ajukan tadi, kepada siapa aku harus mengajukan pertnyaan-pertanyaan tersebut. Tak lama kemudian seakan aku mendapatkan jawaban atas semuanya, aku dan dunia serta segala isinya ini adalah karangan dari sang maha pengarang yaitu ALLAH yang dialah yang mengarang dari segala bentuk dan realitas ini, aku bersiap untuk memulai mimpi yang akan kubuat di Pulau Kapuk entah mimpi apa, apa aku bermimpi tentang wanita yang aku kagumi saat ini tanpa dia tau atau mimpi yang lain....
Saat ini biarlah aku mengagumi dia tanpa dia tau, biarlah rasa ini tetap ada tanpa harapan-harapan supaya tetap murni menjadi rasa yang didamba-dambakan manusia...